BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari
kata naba. Dinamakan Nabi karena
mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang
diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal
dari kata irsal yang bermakna
membimbing atau memberi arahan. Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi
adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan untuk
menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’at
dan diperintahkan untuk menyampaikannnya. Sebagian ulama menyatakan bahwa
definisi ini memiliki kelemahan, karena tidaklah wahyu disampaikan Allah ke
bumi kecuali untuk disampaikan, dan jika Nabi tidak menyampaikan maka termasuk
menyembunyikan wahyu Allah. Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam
hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
Rasul adalah seorang lelaki yang
terpilih dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Definisi
rasul ini menggambarkan kepada kita bagaimana manusia sebagai Rasul yang
terbaik di antara manusia lainnya. Sehingga apa yang dibawa, dibincangkan dan
dilakukan adalah sesuatu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia
lainnya. Rasul sebagai pembawa risalah yang Allah berikan kepadanya dan juga
Rasul sebagai contoh dan teladan bagi aplikasi Islam di dalam kehidupan
seharian. Ciri-ciri Rasul adalah mempunyai sifat-sifa yang asas, mempunyai
mukjizat, sebagai pembawa berita gembira, ada berita kenabian dan memiliki ciri
kenabian, juga nampak hasil perbuatannya.
Allah memerintahkan supaya manusia
beriman kepada-Nya karena itulah yang baik bagi mereka. Ajaran-ajaran yang
dibawanyalah yang akan membawa manusia kepada keselamatan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: Dan
tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(Q.S. Al-Anbiya': 107).
Allah
berfirman dalam surat al-Ahzab; 40
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Ibnu Katsir berkata: "Ayat ini
merupakan dalil yang nyata lagi tegas yang menyatakan bahwa tidak ada nabi lagi
setelah beliau shollallahu 'alaihi wasallam , dan bila sudah tidak ada nabi
setelah beliau, maka sudah barang tentu tidak ada rasul. Dan yang demikian ini
juga telah ditegaskan dalam banyak hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah
shollallahu 'alaihi wasallam oleh beberapa sahabatnya
Beliau juga berkata: "Diantara
perwujudan rahmat Allah terhadap hamba-Nya ialah Ia mengutus kepada mereka Nabi
Muhammad SAW, dan diantara bentuk kemulian yang dilimpahkan kepada mereka ialah
dengan ditutupnya kenabian dan kerasulan dengan kenabian dan kerasulannya
shollallahu 'alaihi wasallam, dan juga dengan disempurnakannya agamanya yang
lurus ini. Allah Ta'ala telah mengabarkan dalam kitab-Nya dan melalui lisan
Rasul-Nya SAW dalam hadits-hadits yang mutawatir (banyak jumlahnya) bahwa tidak
ada nabi setelah beliau. Ini semua agar setiap manusia mengetahui bahwa siapa
saja yang mengaku menjadi nabi setelah beliau berarti ia adalah pendusta,
pengada-ada, pemalsu, sesat lagi menyesatkan, walaupun ia menunjukkan
kehebatan, keanehan, sihir dan ajimat yang beraneka ragam.
Semoga Allah senantiasa dan juga melaknati
setiap yang mengaku-ngaku menjadi nabi di sepanjang masa hingga hari qiyamat,
dan datangnya Dajjal. Setiap orang dari para pendusta tersebut telah memiliki
beberapa keanehan, yang setiap ulama' dan orang yang beriman, akan mengatakan
bahwa pelakunya adalah nabi palsu, tentu ini merupakan wujud dari rahmat Allah
kepada hamba-Nya.
B. Perumusan Masalah
Untuk membatasi perumusan
masalah, maka kami hanya membahas masalah mengenai ayat al-qur’an yang menenai
iman kepada rasul saja.
C. Tujuan Penelitian
Alasan
kami memilih judul makalah “tafsir mengenai rasul” karena kita sebagai umat
islam harus memahami pengertian dari rasul itu sendiri .
D. Sistematika Penulisan
Penulisan
makalah ini terdiri dari beberapa Bab, dari masing-masing Bab itu terdiri dari
beberapa bagian. Penelitian ini akan diawali Bab pendahuluan yang akan
dilanjutkan oleh bab pembahasan dan di akhiri Bab penutup.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Devinisi
Rosul dan Tafsir Surat an-Nisa Ayat 170
Firman
Allah dalam surat an-Nisa, ayat 170:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ
مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya: Wahai
manusia, sesungguhnya telah datang Rosul (Muhammad) itu kepadamu dengan
(membawa) kebenaran dari tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik
bagimu dan jika kamu kafir, maka (kekafiran itu tidak merugikan Allah
sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang dilangit dan dibumi itu adalah
kepunyaan Allah. Dan adalah Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana
(An-nisa; 170).
a. Tafsir Surat an-Nisa Ayat 170
Allah memerintahkan seluruh manusia
agar beriman kepada hambaNya dan rosulNya, Muhammad saw, dan Allah menyebutkan
sebab diharuskannya beriman kepadanya, serta kemudharatan yang akan didapatkan
dengan tidak beriman kepadanya.
Adapun sebab yang mengharuskan untuk
beriman kepadanya adalah, kabar Allah bahwa ia datang kepada mereka dengan
membawa kebenaran. Artinya, kedatangannya itu sendiri adalah suatu kebenaran
dan apa yang dibawanya berupa syari’at adalah kebenaran.Seorang yang berakal
akan mengetahui bahwa tetapnya orang dalam kejahilan mereka, sebenarnya mereka
bingung dalam kekufuran mereka dan terus didera kebimbangan.
Diantara
hikmah dan rahmat-Nya yang agung adalah mengutus rosul kepada kaum mereka
sendiri agar mengajarkan kepada mereka petunjuk dari kesesatan, dan
penyimpangan dari jalan yang lurus. Maka dengan hanya memandang pada
kerasulannya itu adalah sebuah dalil yang kuat akan kebenaran kenabiannya.
Demikian pula memperhatikan apa yang dibawanya berupa syariat yang agung dan
jalan yang lurus.
b. Tafsir Surat Al-A’araf Ayat 158
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ
جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya: Katakanlah: “Wahai manusia! Sesungguhnya aku
ini adalah Rasul Allah kepada kamu sekalian; (Tuhan) Yang mempunyai kerajaaan
semua langit dan bumi; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menghidupkan dan
yang mematikan. Maka percayalah kamu lepada Allah dan RasulNya yang ummi, yang
beriman kepada Allah dan kalimat-kalimatNya; dan ikutilah dia, mudah-mudahan
kamu mendapat petunjukNya.”
Dengan beliau diperintahkan menyampaikan seruan ini kepada seluruh
manusia, menjelaskan pula beliau diutus ialah untuk mereka sekalian, hilanglah
segala keraguan bahwa beliau diutus hanya kepada kaumnya saja, misalnya Quraisy
atau Arab saja.
Teranglah sudah bahwa beliau diutus buat seluruh manusia, seluruh
bangsa dan seluruh dunia, tidak mengenal kulit dan perlainan bahasa.
Tetapi yang mengajarkan tentang sifat Allah yang sebenarnya, kekuasaan
Allah dan keesaan Mutlak Allah, tidak lain adalah Nabi-nabi dan Rasul-rasul
yang diutus oleh Allah. Kedatang Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu ialah
menerangkan siapa Allah itu.
Oleh karena itu sudah terang bahwa Rasulullah SAW diutus untuk seluruh
manusia, niscaya pemeluk-pemeluk agama lain, termasuk juga Budha dan Brahmana,
pemeluk Shinto dan kepercayaan-kepercayaan lain, apabila telah sampai kepada
mereka seruan Rasul, tidaklah ada artinya iman mereka kepada Allah, kalau
mereka tidak mau mempercayai Rasul yang terakhir itu.
Sebab itu
setelah Rasulullah disuruh menerangkan kepada seluruh manusia bahwa beliau
diutus untuk seluruh insan diseluruh jagat raya, dijelaskan isi maksud kedatangannya,
yaitu untuk menerangkan bahwa Allah yang mengutusnya itu ialah: “Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi”.
Dengan
lanjutan penjelasan ayat ini, yaitu bahwa yang mengutus beliau sebagai Rasul
kepada seluruh umat manusia ialah Allah, dan Allah itulah yang Maha Kuasa atas seluruh kerajaan langit dan bumi,
diterangkanlah bahwasanya kekuasaan Allah
atas manusia, atas bumi tempat manusia berdiam, dan atas langit tempat
matahari bersinar. Dan disebutkan disini kerajaan semua langit dan bumi untuk
menjelaskan tampuk kekuasaan pada seluruh alam itu adalah pada yang satu
semata-mata, tidak berbagi dengan yang lain.
c.
Tafsir Surat Al-Ahzab; 38-40
مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ
لَهُ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا
مَقْدُورًا
Artinya: Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi
tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang
demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu Dan
adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,(Al-Ahzab;
38)
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ
اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ
حَسِيبًا
Artinya: (yaitu)
orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya
dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan
cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.(Al-Ahzab; 39).
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ
رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari
seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup
nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(Al-Ahzab; 40)
Ibn ‘Asyur menulis bahwa ayat ini adalah penjelasan tambahan tentang
persamaan Nabi Muhammad SAW. Dalam hal kebolehan menikahi janda mantan anak
angkat, dan bahwa hal itu tidak
mengurangi nilai kenabian, karena hal-hal mubah merupakan kebiasaan para
Nabi-nabi sebelum beliau.
Pernikahan merupakan sunnah para Nabi. Nabi Ibrahim as menikah, bahkan
konon Nabi Daud dan Sulaiman mempunyai
banyak istri, karena itu bukanlah suatu
yang aib bila Nabi saw pun menikah.
Kaum musyrikin, orang Yahudi dan kaum munafikin menganggap pernikahan
Nabi Muhammad dengan Zaenab sebagai pernikahan ayah terhadap isteri anaknya
(HR. at-Tirmidzi melalui ‘Aisyah ra.), Karena mereka menganggap bahwa anak
angkat sama statusnya dengan anak kandung, padahal al-Qur’an telah membatalkan
tradisi itu melalui awal surah ini (ayat 4). Disini sekali lagi ditegaskan
bahwa: Muhammad SAW. Kendati mempunyai sekian istri dan anak kandung laki-laki,
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki dewasa di antara kamu yang
hidup dewasa ini.
d. Tafsir Surat Fathir Ayat 24
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ
بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلا خَلا فِيهَا نَذِيرٌ
Artinya: Sesungguhnya Kami mengutus kamu
dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang
pemberi peringatan.
Karena tugas Nabi Muhammad selain memberi peringatan juga membawa
berita gembira, maka ayat ini melanjutkan dengan menyatakan bahwa: sesungguhnya
Kami mengutusmu, kepada seluruh umat manusia dengan haq yakni perutusan yang
haq lagi membawa kebenaran dari sumber yang haq yakni Allah SWT, engkau adalah
pembawa berita gembira bagi yang taat dan pemberi peringatan bagi yang durhaka.
Dan tidak ada satu umatpun dari umat yang terdahulu melainkan telah berlalu
yakni telah datang kepadanya seorang pemberi peringatan baik sebagai Nabi atau
sebagai Rosul yang ditugaskan langsung oleh Allah, maupun sebagai penerus
ajaran Nabi atau Rosul.
Nah, jika mereka menyambut baik ajaran yang engkau sampaikan, maka
berbahagialah mereka, dan jika mereka mendustakanmu, maka bersabarlah
menghadapi mereka sebagaimana rosul-rosul sebelummu karena sesungguhnya telah
mendustakan pula kebenaran orang-orang yang sebelum mereka yakni sebelum
generasi kaum Musyrikin Mekah itu lelah mendustakan pula kebenaran yang
disampaikan oleh rosul-rosul mereka; kepada mereka telah dating rosul-rosul
mereka masing-masing dengan membawa keterangan-keterangan yakni mukjizat dan
bukti-bukti kebenaran yang nyata, yang membuktikan kebenaran mereka sebagai
rosul.
Telah bercerita kepada kami Al Hakam bin Nafi' telah mengabarkan
kepada kami Syu'aib dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku Salim
bin Abdullah bahwa Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu berkata, aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ
أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
تُقَاتِلُكُمْ الْيَهُودُ فَتُسَلَّطُونَ عَلَيْهِمْ ثُمَّ يَقُولُ الْحَجَرُ يَا
مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ وَرَائِي فَاقْتُلْهُ
"Kalian akan memerangi Yahudi
lalu kalian dapat menaklukan mereka kemudian batu bebatuan akan berkata;
"Wahai Muslim, ini ada orang Yahudi di belakangku, bunuhlah dia".
(H.B:3326)
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa: Nabi dalam
bahasa Arab berasal dari kata naba.
Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan
mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata
rasul secara bahasa berasal dari kata irsal
yang bermakna membimbing atau memberi arahan.
Tafsir ayat-ayat diatas menjelaskan tentang utusan Allah, sebagai
pemberi kabar gembira dan ancaman pada tiap-tiap zaman. Karena disetiap zaman,
pasti ada rosul sebagai pemberi peringatan dan kabar gembira bagi umatnya.
b. Saran
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita sebagai umat islam dan menambah keyakinan kita
terhadap Rasul. Serta meneladani sifatnya.
DAFTAR REFERENSI
Departemen
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Jakarta, 1991)
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir
As-Sa’di, (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007)
Abdullah, /Pengertian
Tentang Rasu//http://materi-tabiyah.blogspot.com/ 2009 / 08 /pengertian-tentang-rasul.html
Abdul Malik
Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir
Al-Azhar, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1982)
M. Qurais
Syihab, Tafsir al-Mishbah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar